Immortal Pertama Chapter 1
Chapter 1 Prologue
Hari sudah mulai malam, matahari sudah terbenam di barat, sudah waktunya orang-orang untuk kembali pulang selesai bekerja.
Namun hal itu tidak berlaku bagi Karel Afkav yang masih bergelut dengan tugasnya pekerjaan yang masih cukup banyak.
Menjadi pekerja kantor yang penuh dengan lemburan, membuat Karel terbiasa dengan pulang malam.
"Aku pulang dulu ya"
"Ya, kau duluan hati hati di perjalanan"
Akhirnya selesai juga pekerjaan hari ini saatnya bersiap pulang dan yang terpenting besok weekend, waktunya bagiku untuk beristirahat penuh.
Diluar kantor langit sudah gelap dan walaupun begitu masih banyak orang berlalu lalang di jalan, berjalan dengan santai sambil mendengarkan musik dengan earphone.
Namaku Karel Afkav berusia 26 tahun. Aku hanyalah orang biasa yang bisa ditemukan dimana saja di dunia ini.
Aku menjalani hidup dari awal aku bersekolah hingga kuliah dengan tenang, aku selalu menjauhi yang namanya masalah.
Belajar seperlunya saja bagiku karena nilai hanyalah angka yang terpenting adalah pengetahuannya.
Semuanya berjalan normal dan tenang hingga aku terjun bekerja di masyarakat, aku terus menjalani hidup yang biasa-biasa saja.
Kelabu seperti warna awan disaat mendung.
Karena bagiku hidup tidak perlu penuh warna, yang terpenting adalah melewati hari dengan tenang dan menikmati setiap waktu dengan santai.
Sebagai pekerja kantor, aku sudah menjalani hidup seperti ini selama 5 tahun.
Pekerjaan yang menumpuk dan selalu lembur membuatku bekerja 12 jam sehari dan 5 hari seminggu.
Tidak terasa aku sudah mendekati umur 30 dan parahnya lagi aku masih single sampai sekarang, walaupun terbesit dipikiranku tidak ingin menikah karena fokus bekerja.
Kerja mencari uang supaya masa tua ku bisa bersantai menikmati hasil kerja kerasku saat ini.
Terkadang aku sering jenuh dengan pekerjaanku, rasa lelah setiap pulang kerja semakin menumpuk tapi inilah gaya hidupku selama 5 tahun ini.
Setidaknya itu tidak terlalu buruk bukan? Daripada harus bekerja diluar kantor, dengan cuaca yang panas dan sinar matahari yang menyengat.
Sesampainya dirumah rencanaku hanya mandi dengan air hangat, air hangat terbukti cukup ampuh untuk mengurangi lelah terlebih lagi aku yang seharian duduk didepan komputer.
Selesai mandi aku membuat makan malam, mie instant ditambah telur dan nasi sebagai makanan pokoknya.
Setelah selesai mandi dengan air hangat, rasa lelahku mulai berkurang dan kini saatnya tidur untuk mengisi kekuatanku untuk kerja lagi minggu depan.
Berhubung besok libur aku bisa tidur dengan puas malam ini, tidak lupa mematikan alarm agar tidur pulasku tidak terganggu.
Aku suka weekend dimana aku bisa tidur dengan leluasa, bersantai ria dan malas-malasan pastinya.
Perlahan aku mencoba tidur dan tidak lama setelah aku menutup mataku.
Aku mulai terlelap.
Tetapi tiba-tiba saja aku merasakan hilang kesadaranku, aku tidak merasakan tarikan nafasku.
Aku mulai panik namun aku tidak tahu harus apa.
Aku tidak dapat merasakan apapun.
Aku mencoba membuka mataku namun tidak bisa bukan lagi terasa berat namun sama sekali tidak dapat aku rasakan.
Begitu pula dengan kedua tangan dan kaki kucoba untuk bergerak namun semua tidak dapat aku rasakan terlebih lagi aku gerakkan.
Kesadaranku mulai tumpul, rasa panikku mulai hilang bersamaan dengan kesadaran, disaat itulah aku sadar.
(Jadi inikah yang namanya kematian huh)
Di saat itulah keberadaan seseorang bernama Karel sudah lenyap seperti ditelan bumi.
######
Aku membuka mataku secara perlahan tapi tunggu bukankah aku sudah mati?
tapi pikiranku yang semula kacau dan panik kini sudah mulai tenang, aku mengamati sekitarku.
Dimana ini?
Karel yang baru saja sadar hanya bisa duduk sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi.
Aku tidak lagi berada di dalam kamarku ataupun rumahku, tetapi berada di tengah hutan, aku tidak mengenal tempat ini.
pohon-pohon disekitar terlihat aneh, bahkan terkesan menyeramkan, ranting dan batang yang besar daun yang layu, sudah cukup jadi bukti bahwa hutan ini tidak normal.
Rasa takut dan khawatir mulai muncul dalam benakku, ditengah situasi yang tidak pasti dan tidak aku ketahui apa yang telah terjadi, sedang terjadi ataupun yang akan terjadi.
Apa yang paling ditakutkan oleh manusia? Yaitu ketidaktahuan, begitu pula Karel yang saat ini tidak tahu apapun.
(Tenang, Karel tenang, tidak ada guna panik disaat seperti ini)
Karel mencoba menenangkan diri dan pikirannya, tidak perlu berpikir jauh seperti bagaimana ingin pulang ataupun apa yang terjadi dengan pekerjaan di kantor.
Yang ia pikirkan hanyalah apakah dirinya bisa bertahan hidup di hutan yang menyeramkan ini.
Setelah beberapa saat berpikir saat ini yang terpenting bagi Karel adalah menemukan air.
Hal yang pasti dibutuhkan oleh manusia ialah air.
Manusia bisa hidup selama tanpa makan selama 3 Minggu tapi jika tanpa air manusia hanya bisa bertahan selama 4-7 hari.
Setelah tujuanku jelas yaitu mencari air,aku mulai berdiri dan mengecek tubuhku karena aku masih ingat rasanya tidak bisa bergerak sama sekali.
Setelah semua lengkap dan normal aku mulai bergerak untuk mencari air.
Aku berjalan tanpa tahu arah selama berjam-jam, langit tetap terlihat gelap tanpa cahaya sedikitpun semenjak aku terbangun hingga saat ini.
Setelah beberapa jam aku berjalan akhirnya aku menemukan sungai, langsung aku bergegas mengecek air ini aman atau tidak dengan meminum sedikit.
Setelah sadar aku pun mulai sedikit lega, tanpa kusadari kalau sejak tadi aku tidak merasa lapar, haus ataupun lelah.
Karena aku terlalu banyak pikiran dan masih kacau akhirnya aku kesampingkan pikiran itu.
Aku meminum air yang ada disungai, diatas permukaan air terlihat wajahku di permukaan air tetapi ini bukanlah wajah yang biasa ku lihat.
Wajahku terlihat lebih muda dari umurku yang sebenarnya 26 tahun, wajahku yang terlihat adalah wajah saat aku berumur 19 tahunan.
Tidak cukup disitu sesaat aku melihat pantulan cahaya bulan di permukaan air.
Bulan berwarna biru, dan langitnya selalu gelap berawan.
Bulan biru, Pohon yang asing, Dan langit yang selalu gelap. Pikiranku masih belum bisa mencerna apa yang terjadi namun beberapa saat kemudia aku sampai pada satu kesimpulan.
(Ini bukan bumi tempatku tinggal)
######
'Dunia lain' aku dulu pernah mendengarnya sewaktu aku masih kuliah, karena trend banyak temanku yang mengobrol soal genre ini.
Berrita dimana protagonis dengan berbagai macam plot terbawa ke dunia lain, dunia dengan setting abad pertengahan penuh dengan fantasi seperti sihir, pedang dan monster.
Dunia yang penuh dengan fantasi dan petualangan yang hanya bisa dibayangkan oleh orang-orang di bumi.
(Ya memang ini terlihat seperti fantasi tapi daripada dunia fantasi yang penuh petualangan, yang ada di depanku adalah fantasi yang membuatku merinding)
Suasana hutan ini seram, jauh dari kata indah yang biasanya identik dengan hutan.
Dan aku sama sekali tidak tahu arah, saat ini bulan biru bersinar sudah cukup untuk peneranganku.
Setelah cukup mengelola informasi yang ada, aku memutuskan untuk mengikuti aliran sungai.
Kemana sungai mengalir disitu pasti akan ada kehidupan, kehidupan apapun itu, aku bisa mengawasinya terlebih dahulu.
Yang ada dalam benakku hanya satu.
(Aku harus bertahan hidup)
Komentar
Posting Komentar